Aku mencintaimu meski kata-kata belum pintar membuat formasi yang menarik pandang. Tapi segaris rindu di kertas malam akan semakin panjang dan menjadi prasasti yang akan di kunjungi anak cucu.
Aku mencintaimu dengan ribuan rintik doa yang tergenang oleh airmata
berdarah sampai mengering pada almanakku yang telah pensiun mengisi hari juga telah mengajari bagaimana menyayangi puisi, bagaimana menyapa matahari yang santun, menyapa pepohonan, mengenalkan apa itu kesetiaan dan pengorbanan.
Aku mencintaimu meski kadang aku lupa segala warna, titik dan garis tentangmu. Tapi percayalah aku mencintaimu.
An Najah, Maret 2015
————————————————
I Love You
I love you though words have not been good enough at making formation that draws attention. But a lysed of longing on paper of the night will become longer and become inscriptions that will be visited by the children and grandchildren.
I love you with thousand patters of prayers that were inundated by the bloody tears that dry on my almanac which has retired filling the days and also taught how to love poetry, how to greet the sun politely, greet the trees, get acquainted to loyalty and sacrifice.
I love you though sometimes I forget all colors, dots and lines about you. But trust me, I love you.
An Najah, March 2015
Author: Irna Novia Damayanti
*Translated by Poetry Prairie
Irna Novia Damayanti. Seorang santri di pesantren Mahasiswa An Najah dan belajar aktif di Komunitas sastra santri Pondok Pena. Penulis mendapat penghargaan dari Kemenag pada acara Apresiasi Pendidikan Islam (API), sebagai Penulis Aktif Media tingkat mahasiswa
se-Indonesia.
“Aku menulis puisi karena telah aku jadikan media silaturahmi. Walau orangnya hidup di desa setidaknya karyanya berkeliling ke daerah-daerah yang belum dikenalkan takdir padaku. Bukanlah menyambung tali silaturahmi adalah kebaikan. Maka dengan puisi aku ingin mengantar kebaikan. Salam sastra, salam damai, salam IND (Irna Novia Damayanti)”