Anak Jiwaku


Anak jiwaku mengapa durjana
bercumbulah dalam kesesakan
laiknya air dijamahi ekor ikan
seperti embun bercinta tunas cemara
laiknya purnama direnda iringan malam
seperti air bergelut relung awan legam
laiknya siulan pipit pada putra cakrawala
asa terbumbung, terikat jiwa dalam doa
tersimpul roh dalam puja, asa terulur menuju sosok-Nya

Anak jiwaku mengapa kelu
bersoraklah dalam tangisan
diri-Nya tak selalu di ujung dunia
sejati diri-Nya bersemayam di dirimu
diri-Nya tak terjamah hanya rapalan
sejati diri-Nya terukir raut bocah
asa pengemis, cinta pohon pada benalu
senyum gunung pada lahar,
asa pelacur terulas sosok-Nya
rusa menyusuri rimba suram, menapak jiwa-Nya
nyiur tersipu didera topan, mengakar diri-Nya
pelangi tercipta antara derai dan surya
rapuh namun mengikat diri dengan alam
berserah namun tak menyerah
cinta pada-Nya memahat jiwa mereka
kenapa tidak anak jiwaku demikian
elang meranggas untuk dimegahkan alam
ulat melingkup untuk diwarnai alam
putik menjatuhkan diri untuk kembang sari
begitu pula anak jiwaku menangislah untuk tersenyum
jika cinta manusia tak musnahkan dahagamu
maka jiwaku hiruplah sayang-Nya

Anak jiwaku berlutut bersujud menari
menyembah bercinta bernyanyi
bersemadi berpuasa membakar dupa
percuma saat membungkam saudaramu
sia-sia saat menahan derma
tak guna saat alam digagahi
sesama kelaparan di sudut kerling
surya tersenyum selesai senja walau dihujat
diri-Nya tak gila puja

Anak jiwaku patutlah diri
jiwa mereka cermin jiwamu
kau kita mereka adalah tuhan jiwa
jadi goyangkan seruling
tiupkan rebana anak jiwaku

Yogyakarta, 17 Oktober 2015


Poetry Prairie Literature Journal #1 “Mekarnya Kehidupan”

Penulis: Vika Kurniawati

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s