Benci menodai hati, sehingga lautan api membara seluas hutan
Masih memerlukan bukti, bahwa aturan menjadi fondasi dari jembatan
Aku memejamkan mata, dan membutakan diri dari kebenaran yang ada
Mengabaikan kata-kata, sehingga tidak mampu mendengarkan alunan nada
Berlari menuju alam, dalam kegelapan aku bermimpi buruk yang kelam
Seperti kapal tenggelam, aku terhanyut dalam penderitaan yang terdalam
Rasa penuh penyesalan, terhadap segala pilihan yang telah kutentukan
Tak seperti permainan, andai aku bisa mengubah apa yang kulakukan
Ingin menghapus kenangan, yang menghantui dan menghalangiku untuk kembali
Memiliki angan-angan, untuk menuju pulang dengan mental yang penuh nyali
Aku beranikan diri, menghadap orang yang menatapku dengan hati beku
Selama ini dicari, dan ternyata tersisa setetes cinta kepadaku
Ucapan maaf untukmu, atas segala ungkapan dan juga perbuatanku
Merasa senang bertemu, setelah kuberhadapan dengan jalan yang berliku
Aku tak lagi tersesat, karena aku diberikan kesempatan kedua
Waktu lewat dengan pesat, memori tentang diriku yang lama menjadi tua
Penulis: Agnes Melati LW
Poetry Prairie Literature Journal #7