Ada menit-menit yang menumbuhkan
kesunyian di mataku:
Ke mana awan-awan itu bergerak? tanyamu.
Langit sore dengan awan rendah
redup.
Ke rambutmu, aku katakan.
Itukah kenapa mataku bisa hujan?
Itulah kenapa matamu bisa hujan.
Apakah alisku tak cukup tebal
untuk menangkis? kau bertanya sembari
menaikkan alismu. Harusnya tak sampai!
Gerimis di luar jendela itu, kau lihat?
Kau menempelkan kening pada kaca jendela.
Kau meringis.
Dingin, ucapmu, sambil menggenggam tanganku.
Kaca menyampaikan dingin di luar
kepada yang di dalam.
Setiap yang jadi batas akan bisa
jadi jembatan.
Begitu juga peluk ini: menyeberangkan hangat
pundakku ke pundakmu
kunang-kunangku ke hatimu
kupu-kupu ke senyummu.
Untuk apa ini? Kau mencoba bertanya
ketika aku mengecup rambutmu sembari terpejam.
Untuk mengalihkan awan-awan itu
ke mataku, aku katakan.
Penulis: Saiful Huda
Saiful Huda menyukai puisi sejak 2015 dan telah menerbitkan buku kumpulan puisi pertamanya, Metamorfosis Kupu-Kupu.