Firdaus


Jalanan ini adalah yang dulu kerap kita lalui: 
sebagai jalan pergi atau kembali. Pepohonan di tepian, ilalang yang panjang, 
reranting, dedaunan. Mereka hanya berganti usia. Persis seperti kita, tetapi mereka tak pernah kemana-mana. Sedang kita, memilih pergi.

“Kupilih timur”, katamu. “Ia bintangku. Padanya, aku bertemu bebas. Kau pilihlah arahmu sendiri.” Ujarmu kemudian.

“Kutuju utara”, kataku. “Biarlah apa-apa yang ada di belakangku 
termasuk kamu, cukup menjadi kenangan yang diam,” ujarku mengakhiri.

Telah jauh kususuri sudut-sudut utara, berseberangan dari sisimu. Aku kadang singgah, yang kukira berlabuh: di tepi rupa asing yang menjadi intim. 
Telah jauh kau langkahi sudut-sudut timur. Menjejal angkasa luas. Lepas dari edaranku.

Kemudian pada suatu masa yang entah. Utaraku serupa kamu. Timurmu menuju aku. Kita bertemu di jalanan ini, yang dulu kerap kita lalui: sebagai jalan pergi atau kembali.

Pepohonan di tepian, ilalang yang panjang, reranting, dedaunan. Mereka hanya berganti usia. Persis seperti kita. Mereka tak pernah kemana-mana. Sedang kita, memilih pergi. Lalu kembali. Pada muasal: 
tempat segala kita bermula.

Cibeber, 25 Februari 2016

—————————————-

SHANGRI-LA

This road that we used to go through:
as the way to go or back. Trees on its fringe, tall reeds, twigs, the leaves. They’re changing by age. Just like us, but they never went anywhere. While we, chose to leave.

“I choose to east”, you said. “That is my star. There, I meet freedom. You, choose your own way”. You said earlier.

“I’ll take north”, I said. “Let everything behind me,
including you, become my silent memories”, I concluded.

I traced every far corners of the north, opposite from your side. Sometimes I stopped by, which I thought to be haven: at the foreign edge that became intimate.
You stepped over every far corners of the east. Adventuring the vast sky. Apart from my radar.

Then in an unknown period. My north was similar to you. Your east heading towards me. We met on this road, which we used to go through: as the way to go or back.

Trees on its fringe, tall reeds, twigs, the leaves. They’re changing by age. Just like us. They never went anywhere. While we, chose to leave. Then we came back. At the origin:
where everything ours began.
*

Author: Lupy Agustina Dewy
Translated by Poetry Prairie

image

Lupy Agustina Dewy. Lahir di Tasikmalaya tahun 1992. Penulis masih tinggal bersama orang tua di Kp. Desa Kidul, Desa Cibeber Manonjaya Tasikmalaya. Penulis telah berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi pada tahun 2015.
Penulis bekerja sebagai pengajar di MTs Al-Ihsan Sukahurip. Penulis dapat dihubungi melalui email lupyagustinad@yahoo.co.id.
“Senang menulis puisi sebab itu adalah suara paling jujur kepada diri sendiri”.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s