Kamu jelas bukan yang perdana. Seseorang pernah jadi alfa bagiku. Menjajaki setiap hal baru berdua, yang mungkin jadi pengalaman kesekian denganmu. Tapi aku telah belajar memaafkan masa lalu yang tak sanggup bertahan. Merelakan apa yang kukenal baik dan memilih berkenalan dengan horizon masa depan.
Aku siap memulai.
Denganmu kini, bisa kurasakan ada yang berbeda. Kamu terlalu nyata untuk disandingkan bersama hari-hari kemarin. Kalau ada yang bilang untuk jangan terlalu berharap hingga lupa pada kenyataan, aku kira kamu hadir jadi antitesisnya. Kamu adalah harapan yang membuatku percaya pada kenyataan. Bagiku, kamu adalah harapan dan kenyataan dalam satu paket. Kenyataan yang menggenapi harapan hingga apa yang kumiliki sekarang jauh melampaui harapan.
Aku telah siap percaya.
Jadi, hanya perlu satu ketukanmu di muka pintu, maka hatiku akan membuka lega.
Selamat datang omega yang selalu kudoakan.
Menetaplah.
Mari kita genapi cerita hingga kata terakhirnya.
————————————————-
OMEGA
You are definitely not the prime. Someone once was alpha to me. We explored new things together, which may be the umpteenth experience with you. But I’ve learned to forgive the past that were not able to survive. Giving up what I knew well and choosing to get acquainted with the horizon of future.
I’m so ready to start.
And with you now, I can feel something different. You are too real to compare with the days of yesterday. If anyone says not to expect much until forget the reality, I think you are my antithesis. You are the hope who made me believe in reality. To me, you are hope and reality in a package. A reality that fulfills the expectations so what I have now is far exceeding all my expectations.
I am ready to believe.
So, it’ll only need just one knock at the front door, then my heart will open in relief.
Welcome, omega that I always pray of.
Just settle down.
Let’s complete our story till the very last word.
Author: Francisca Thelly Ruban
Translated by Poetry Prairie
Fransisca Thelly Ruban. Masih tercatat sebagai mahasiswa Psikologi UI. Ia menulis untuk belajar jadi manusia yang jujur. Baginya, puisi adalah semacam sentuhan yang tak bisa diberikan jemari. Dapat ditemui di ruang kecilnya di tenfingersofmine.blogspot.com