Pagi terbuka oleh cahaya selembut doa
dan ketukan daun di jendela menggugah ingatan
bersama tetes embun dingin yang disapu angin
bergulir di atas dedaunan hijau yang bergoyang di padang
menyusuri kehidupan dengan liar di bawah jemari cahaya
Segala tanaman mampu tumbuh tanpa peringatan
atau dijinakkan dalam petak-petak kebun
Di sana batang-batang dandelion menari
di antara bisikan puisi bumi yang terbang ke langit
Dari batang yang dipetik satu-satu,
daun-daun hijau getir mengibaskan aromanya
Serupa luka-luka kecil yang perlahan kita rengkuh
Ada damai dalam kepahitan yang tak harus lagi dilawan
Di dapur kecil yang menyambutku dengan sederhana
Daun-daun yang terbasuh dikecup tetesan lemon
asam bagai kenangan yang berkarat
direkat maaf yang dikucurkan sedikit demi sedikit
kusandingkan biji wijen dan madu, semacam pengingat
Seperti hidup yang butuh keseimbangan pahit dan manis
Sedikit bubuhan garam menabur rasa
Seperti kebahagiaan yang butuh sedikit luka untuk membuatnya nyata
Daun-daun, irisan tomat dan bawang berpadu dengan bumbu dalam mangkuk
menampung kisah hangat yang ingin disemat
Aku menyantap setiap suapan
seperti menempuh jalan sepi untuk pulang
tanpa tergesa, tanpa ingin lebih
Di tiap kunyahan terdengar bisikan renyah,
suara kecil kehidupan yang menulis syair sederhana
bahwa hidup tak harus megah untuk jadi bermakna
Damai bukan hanya milik mereka yang memiliki segalanya
namun milik mereka yang tahu
cara menikmati pahitnya,
dengan sejumput cahaya yang dihembuskan hati
DANDELION SALAD
The morning comes with a light as soft as prayer,
and the knock of leaves upon the window
awakens a memory—
along with cold dewdrops swept by the wind,
rolling over the green leaves swaying in the field,
wandering wildly through life
beneath the fingers of light
Plants can grow without warning,
or being tamed in the gardens
There, dandelion stems are dancing
amid whispers of the earth’s poem
soaring to the sky
From the stalks that has been plucked one by one,
bitter green leaves releasing their scent—
such as small wounds we’ve slowly come to embrace
There is peace in a bitterness
we no longer need to resist
In a humble kitchen that greets me with gentleness,
the washed leaves are kissed by lemon drops—
sour like rusted memories,
softened by forgiveness that is drizzled slowly
I mix them with sesame and honey, a kind of reminder:
that life needs balance
between its bitterness and sweetness
A pinch of salt scatters into the bowl—
like happiness that needs a hint of sorrow
to be made real
Leaves, slices of tomatoes, and onions
blend with all the dressings in a bowl
that holds the warmth of a story waiting to be named
I savor each bite
like walking home through a quiet road
unhurried, unwilling for more
Each crunch carries a whisper,
a soft voice of life is writing homely verses
that life need not to be grand to be meaningful
Peace not always belongs to those
who have everything,
but also to those who know
how to embrace the bitterness
with a pinch of light
carried gently by the heart
Penulis: Novia
©Poetry Prairie, 2025