Menahkodai Purnama


Aku hanya mengandalkan cahaya temaram senja di tepian pantai
untuk menulis sebuah puisi yang terlahir dari kegelapan
sebatang bakau dengan abunya yang menyala
menjadi penerang setiap kata

Tiada gulungan ombak juga desir angin
yang mampu menakutiku
semua terasa tenang
ketika lampu-lampu perahu menemani kesunyianku
aku tak peduli jika saja ombak mau membawaku ke pelatarannya
meskipun aku harus mati nantinya
namun dengan syarat
izinkan aku menahkodai purnama
walaupun terombang-ambing oleh gugusan awan

Dan aku ingin berteriak sekeras mungkin
di pantai selatan ini
melepas segala gundahku
hingga senja itu hilang ditelan kegelapan
dan aku ingin benar-benar layak menjadi raja
pada bintang-bintang yang termangu
menatap layar kaca mataku yang buram

Di jendela langit ada samudra
yang mengajak nyawaku berlayar di sana
padahal kakiku masih dibalut pasir-pasir
mustahil aku mampu melunaskan hasratnya
tapi sebuah perjuangan tidak berakhir di sini
aku tetap melangkah menyusuri lorong waktu
mencari jejak-jejak buih yang terdampar
di keasingan hatimu yang pasang-surut
sampai kursi senja mempersilahkan kita
untuk duduk bersama
menatap senja yang kembali bereinkarnasi
memikat roh pada langit di kiblat jiwamu
hingga laut membentuk surat dan perjanjian
mengabarkannya pada ikan dan terumbu karang
seraya berdo’a
memohon kepada Tuhan
untuk berkenan merestui
pernikahan keabadian purnama
di atas kapal yang dinahkodai oleh cinta

Semoga layaklah aku menjadi saksinya

Pantai Jetis, 2018

Penulis: Estu Ismoyo Aji

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s