Setelah Malam Panjang


Bagaimana cara hidup?
Bagaimana cara mencintai tandus?
Bagaimana cara menibabobokan malam panjang?
Diamlah! Ia akan mati

Pada esok,
Matahari lahir dengan cahayanya membawa cinta
Embun lahir menyelimuti setiap ciptaan Tuhan yang maha indah
Ayam berkokok membisingkan ruang yang mati di malam panjang
malam panjang telah berakhir
malam panjang telah berakhir
Dan kita, masih mati

Pada hari,
Bumi hidup dengan cintaNya
Gunung benar menjulang
Laut benar membiru
Namun kita memilih jurang hitam
Berseteru membunuh semua warna
Hidup kita mati di malam panjang

Liberia, 21 Februari 2025


AFTER THE LONG NIGHT

How does one live?
How does one love the barren?
How does one lull the long night to sleep?
Hush! They shall perish

By tomorrow,
The sun is born, its light bearing love
The dew is born, cloaking every beautiful creation of God
Roosters crow, shattering the silence of quiet rooms in the long night
The long night has ended
The long night has ended
And we—are still dead

By day,
The Earth breathes with His love
Mountains truly stand
Oceans are truly blue
Yet we choose the black abyss
Warring, killing every hue
Our lives dead in the long night


Liberia, 21 February 2025

Diterjemahkan oleh Poetry Prairie


Gesika Avelina. Berasal dari Sulawesi Utara tepatnya di Kab. Bolaang Mongondow Timur di desa Liberia. Sekarang sedang menempuh pendidikan di IAIN Sultan Amai Gorontalo jurusan Pendidikan Agama Islam.

“Untuk hidup dan segala dramanya saya ucapkan banyak terima kasih, karena denganmu kekurangan saya mampu membuat tinggi badan ini tinggi sedikit, dan kesadaran bahwa umur saya juga semakin naik membawa saya terbang untuk terus menaikkan kualitas dalam diri saya.”

Leave a comment