Aku Akan Pulang, Tuhan


Senja menyapaku dengan tatapan nanar, layaknya menunggu untuk segera pulang. Sejauh ini, Aku telah menjalani langkah yang terseok-seok sampai hari ini, Aku pernah mencintai dan meletakkan harapan yang tak sejalan dengan kenyataan.

Dalam sunyinya malam, semesta selalu saja membuatku lemah tak berdaya. Mengungkap semua rasa, suka duka mencintai dan berharap tanpa balas. Aku menyukai kebersamaan bersamaNya setiap malam. Dengan deruan air mata dalam sujud, kupinta Semesta memaafkanku dan tidak membenciku.

Aku memang bersalah, memulai sebuah cinta yang pada akhirnya mengalihkan keutuhan cintaku padaNya. Aku tahu, Tuhan merindukanku. Dia menanggalkan sebuah sayatan bahkan tusukan sebagai peringatan bagiku.

Pengingat untuk kembali, dan memohon maaf padaNya. Dia mengingatkan bahwa perkara mencintai bukan berarti memiliki seutuhnya yang bukan miik kita.

Kiranya, Tuhan pasti marah dan mengutukku agar tak berbahagia pada akhirnya. Dia memintaku untuk kembali pulang dan memelukNya, karena hanya cintaNya yang mampu membahagiakanku selamanya.

Aku telah alpa akan cintaNya. Aku memohon maaf padaMu, Tuhan.

Aku memohon maaf atas kealpaanku mencintainya lebih dari mencintaiMu.

Perkenankan aku untuk memperoleh kesempatan terakhir membuka lembaran baru sebelum waktunya aku pulang dalam pelukanMu. Akan aku persembahkan cintaku sepenuhnya padaMu, karena Kau satu-satunya yang mencintaiku lebih dari perluku dan lebih dari yang kutahu. Inilah waktuku kembali.

Aku akan pulang, Tuhan.

Jakarta, 12 Juli 2017

Penulis: Salsabila Fitriana
Poetry Prairie Literature Journal #6

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s