Getaran gelombang berdesir rombongan gemulai
Asap padu buaian mengalun membelah ke ubun tanpa gontai
Di bawah ada yang menengadah dengan memegang dupa
Dan diatas kubah tak hentinya kening beradu dengan sajadah
Tak jarang di gereja meminta do’a khusyuk tanpa guyonan pilah
Bergeming menyebut nama suci dengan keyakinan pada atmanya
Manusia sering terjerembab pada kejahiliyahan dan amalnya lenggang
Kerukan dusta menggema tiap sudut menandakan sudah tak terasa apa yang dilakukan
Jauh pada ketikan layaran selayang pandang hanya sedikit memerhatikan tentang hisaban
Waduk jadi kecaman terbelenggu yang tak terhentaskan
Layaknya curah ia ingin bebas turun hinggap tersapu angan
Memandang panorama dan menduduki pintu pertobatan
Kancahnya kilat karna habis cobaan kemudian datang pembelajaran
Menyeret yang jadi bangkai dan mengubur kehinaan dalam tanah ampunan
Pintu masih melonglong sedangkan hati ingin beringsut tetap ke jahanam
Merekahkan surut yang hilang terisak perbuatan menyedakkan kerongkongan
Kusangga diantara cara melelang kebatilan agar hidup bisa nyaman walau di kubangan
Pohon mahoni yang membentang menyuratkan peluklah aku dan jangan jadi sesembahan
Sambil melindungi dari terik menyilaukan lewat perantaranya ia memberi kesejukan
Kirahan yang mencuat berpolakan air yang jadi penyucian
Damai di kelopak hingga tak ada kerjaan ia membuat serdadu
Gelagap bila puing origami maaf tak bisa menembus cahaya
Arusnya menyengat seperti listrik yang menghantarkan panas ria
Daun pintu berkilau menyuarakan silahkan datang kerumahku tuan
Nasib jangan kau risaukan karna perjuangan akan membabat yang bermalasan
Bunyinya gemetar duri yang menancap ditumbuk dan dijadikan minuman
Bukan agar kuat karna sesaknya kehidupan lebih kejam bagi yang kelaparan
Bahan di dasar berserakan dan kembali memunguti kesalahan yang telah tumpah
Menggiring biri tuk memafkan dan bersenandung ria di taman para petuah
Bersemi dan berguguran dan semoga apa yang telah kembali sudah tak ke jurang
Kotak amal jangan hanya jadi dorongan tapi beramallah untuk kemaslahatan membentang
Kucuran keringat tercacah pori yang jadi keinginan
Bukan gemerlap yang diidamkan tapi tataran iman menjulang yang didambakan
Penulis: Novitasari
Poetry Prairie Literature Journal #6