Menyambut badai yang lebih besar.
Hari-hari penuh ketidakpastian berkali lipat banyaknya. Jatahmu kepadaku, jatahku di bahumu jua. Petualangan ini, Sayang, hampir seperti perburuan. Kita berpikir punya cukup bekal di perjalanan, tetapi masih harus mencari air dan memakan apa saja.
Esok akan lebih sulit.
Akar-akar pohon di jalan setapak menjadi lebih besar. Hutan semakin rimbun, gelap dan gigil. Siapa yang akan kita percayai di tempat tak terjamah ini selain kita berdua? Tak ada petunjuk jalan. Atau, Tuhan memang sengaja menciptakan tempat ini tanpa jalan keluar. Maksudku, Ia mau kita bersenang-senang dalam badai maupun angin sejuk matahari. Kita bisa membuat tenda atau membangun rumah kecil di pinggir padang rumput. Menanam pohon jambu dan beberapa sayuran. Melambaikan tangan kepada Tuhan, memintanya untuk mampir.
Sayang, kupikir kelak kita harus lebih sering berciuman di pagi hari. Saling memagut. Kubiarkan kau membaca tubuhku. Kuciumi segala yang ada dalam dirimu. Di tempat ini, kita tak memiliki apa-apa selain kita!
Penulis: Lupy Agustina Dewy