Sebuah Titik Balik


Bagaimanatah aku mampu berkuasa memburu-buru-Mu?
Sedangkan Engkaulah penggenggam ruas waktu
Ketergesaanku akan ketetapan-Mu, kelemahanku
Dan tiada sesuatu pun berdaya menuntut-Mu
Maka ajarkan aku untuk bersimpuh

Dalam segenap ironi aku pernah sangat berbangga
Menganggap diri yang teristimewa?
Ah, padahal aku bukanlah siapa-siapa atau apa-apa
Muda, jemawa, dan ingin selalu bergegas
Berusaha beradu cepat dengan masa
Berlari, karena tak lagi sabar merangkak atau berjalan
Terbang, karena angkasa terasa lebih menantang
Kesegeraan adalah suatu keharusan
Ketidaklemahan adalah sesuatu yang harus dibuktikan
Pada akhirnya pun aku kalah dan patah
Masa bukanlah lawan tanding yang seimbang
Tersandung oleh kerikil-kerikil kecil
Sayap-sayap tertaklukkan oleh badai
Arogansi yang sia-sia di hadapan-Mu
Perencana sempurna atas takdir dan waktu

Dan seketika kepongahanku tertampar
Runtuh dan compang-camping
Masih layakkah kupertontonkan keangkuhan?
Perenungan mewujud sebuah titik balik
Penuh dan sesak, rasaku meluap
Langkahku pelan, tertatih-tatih
Keakuanku memohon sebuah pengampunan
Duhai pemilik semesta

Pada logika mana lagi akan sanggup aku meragu?
Segala tentang-Mu paripurna
Aku menyerah di hadapan-Mu
Bersujud dan memohon, aku menghamba
Dalam samudera ampunan-Mu yang maha raya
Benamkan aku di dasarnya

Penulis: MeezaA
Poetry Prairie Literature Journal #6

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s