Sintesa: Blue Nude Pablo Picasso


Biru, ranum, pucat, lebam, telanjang
Tampak punggung dan pinggul perempuan itu
Menyembunyikan payudaranya dari sudut tatap

“Tuan Picasso, dimana kubisme tuan?”
Perkabungan membuat garis lekung, bukan persegi
Mungkin itu bagiku, tapi bagi Picasso
Yang telah lama hidup di titian garis mati:
Siapa bisa tahu bagaimana rupa kelananya disana?

“Dan, siapa perempuan itu?”
Ah, sekali saja lengkung mengganti lurus
Kenapa selalu perempuan yang terlintas?
Lukisan itu… Seperti winter, ya
Winter

“Baiklah, biar kunyanyikan Ballad… ”
-tidak! Tolong mainkan Jazz! Chick Corea, Spain*!
“Apa di Spanyol turun salju?”
-siapa tahu …
“Tentu tuan, Spain. Kau ingin dimainkan dengan instrumen apa?”
-Flute, pada G. Hanya G, tanpa # atau imbuhan apapun

Dan Jazz… Setelah sekian lama Ballada, cello, perkusi, dan sunyi
Di antara derik improvisasi itu dan malam ini
Ada tiga hal yang hilang :
Duka, karma, tiket Nibbana

Picasso duduk sambil menikmati kretek dari Temanggung
Merumbai alunan Spain yang dimainkan entah siapa
Picasso diam, membirukan diri
Menerima lebam jika memang lebam
Sebab ia sepenuhnya paham, ia tiada bisa lari dari apapun
Walau apapun itu bisa mencampanya sesuka-suka

Malam itu, ada satu hal yang berkecambah
Dan ia biarkan membelukar begitu saja:
Dosa

19 Agustus 2016
nb : * Spain, lagu Chick Corea. (Jazz.)


Poetry of The Week
Penulis: Panji Sadewo

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s