Aku melihat tanganku memotong ranting
tanganmu yang liar, setelah badai
menghancurkan rumah, satu-satunya rumah kita
Dari reruntuhan tumbuh benih keputusasaan
dan cinta yang binasa
dari bibir kita dan kenyataan pahit
Mengalir bagai kabut tebal
Puing-puing tua memotong kulit kita
dan bumi menyesap tetesan darah
menumbuhkan padang bunga mawar merah tua
Seseorang asing bangkit dari kabut,
memetik kuntum-kuntum mawar
belantara lain yang mengisi mata lelah ini
tapi ia tak pernah menjadi rumah, tak akan pernah bisa
Aku ingin mencintai, tapi aku juga membenci
bunga-bunga itu yang tumbuh dari biji liar
namun anehnya, diam-diam aku ingin melihat semua mawar mekar
menyelimuti bagai mahkota di makamku
TO SEE ROSES IN BLOOM
I see my hand cutting off the branch
of your wilder hands, after a storm
crushing a home, our only home
From the ruins grew a seed of despair
and impairment of love
from our lips and bitter truth
Flowing like a dense mist
The old debris cutting off our skin
and the earth sips our blood drips
growing a meadow of dark red roses
Another stranger rose from the mist,
picking up roses
another wilderness to fill this weary eyes
but it’s never a home, it can never be
I want to love, but I also hate
the flowers that grew from these wild seeds
but, secretly I wish to see all roses bloom
covered me like a crown in my tomb
©Poetry Prairie, 2023