Tidak pernah ada kabut
Sebab udara tak juga mengenal gigil
Meski matahari tampak seolah berselimut
Aku tak bisa memandangmu
walau kurasa jarakmu hanya secuil.
Tidak ada tembok, Jerman telah bersatu
Tersisa sebuah, tempat orang memanggil
Tuhan yang jauh dan tinggi
Aku pun merasa sesak, tanpamu, bernapas menjadi
hal paling tak bebas.
Tak bisa kulepas
masker di wajah, namun mata perih, tetap
tak bisa melihatmu sama sekali.
Aku ingin meratap, mencaci asap
Api asmara telah membakar hutan di dada
dan gambut-gambut yang seperti busa
sudah tidak lagi bisa menyimpan air mata
Penulis: Pringadi Abdi Surya
—–
Pringadi Abdi Surya lahir di Palembang, 18 Agustus. Ia kini bekerja di Ditjen Perbendaharaan. Hobinya jalan-jalan dan mengurus blog http://catatanpringadi.com dan foto-foto jalan-jalannya bisa dilihat di Instagram @pringadisurya.