Aku menjadi saksi
Tentang seorang ayah yang pulang ke rumah dengan perasaan bangga membawa sebungkus lauk untuk keluarga tercinta.
Tentang sepasang kekasih yang sedang kasmaran menikmati indahnya jingga di cakrawala sambil berbicara tentang rencana-rencana membangun sebuah rumah tangga.
Tentang anak kecil dengan wajah masam yang tak mau disuruh berhenti bermain bola oleh ibunya karena hari sudah petang.
Tentang sekawanan burung yang terbang meninggalkan tanah lapang munuju peraduan.
Tentang seorang pemuda yang berdiri di penghujung asa merasa seluruh hidupnya sia-sia semenjak ditinggal wanita.
Aku menjadi penantian
Bagi manusia yang lelah dan penat seharian terjerat dalam masalah-masalah pekerjaan.
Bagi orang tua renta dengan tubuhnya yang termakan usia hingga menghitung waktu yang masih tersisa.
Bagi pemudi frustasi yang tengah depresi mencoba mengumpulkan nyali untuk mengakhiri hari.
Bagi pekerja malam yang bersiap dengan dandanan berharap sedikit rejeki untuk makan.
Bagi harapan yang terus mencari jalan untuk membuat semua asa menjadi kenyataan bukan hanya menggantung di angan.
Aku menjadi yang dibenci
Oleh pasangan yang masih enggan saling meninggalkan di saat semua hal indah mulai muncul perlahan.
Oleh pedagang di pinggir jalan yang beranjak pergi meratapi jajaannya yang tak ada pembeli lagi.
Oleh orang pinggiran dengan listrik yang padam dan mereka tak mampu lagi melihat terang.
Oleh semua insan yang membenci kenyataan karena senja selalu mengajarkan tentang kesadaran.
Namun aku tetaplah senja
Yang selalu menyimpan cerita bagi setiap jiwa yang rindu akan hangatnya siang sebelum harus meringkuk di antara dinginnya malam.
Yang selalu mampu menyihir mata dengan gradasi warna hingga setiap insan merasakan betapa indahnya semesta.
Yang selalu mampu mengubah tawa menjadi air mata atau mengubah duka menjadi suka cita.
Dan yang selalu mampu mengubah setiap kejadian manis, pahit, susah, senang menjadi lembaran-lembaran kenangan dalam ingatan.
Penulis: Wirga Wirgunatha