Jerit tangis mengiba
Teriakan lirih di sunyi malam
Gemerisik membangunkan dahan-dahan yang telah layu
Sejak petang hingga malam merambat kelam
Wajah-wajah yang mengacuhkan
Sedang ia melangkah terseok-seok sendirian
Dimanakah letak pedulimu Tuan
Gadis yang beranjak ranum itu
Kau robohkan benteng kesuciannya
Gua garbanya, jalan keluar buah hatinya kelak
Kau renggut demi hasrat yang sedemikian ciut
Bisikan setan mana yang kau dengarkan
Hasrat bodoh yang perlu penyaluran
Wajah belia yang lugu membuatmu kalut
Nafsumu kau lepaskan
Binatang buas yang telah terkurung
Menggebu-gebu mengoyak tubuh mungil itu
Tak kau pikirkan akibat perbuatanmu
Di kejauhan entah tangis macam apalagi yang menggema
Mungkin kepala mungil pecah melawan tembok
Rengekan kecil meminta mobil-mobilan
Atau gerutu perut kelaparan merindu sepiring nasi
Yang entah perlu menahan liur seberapa lama lagi
Tak adakah tangan-tangan
Yang dikirim oleh Tuhan
Rela merengkuh dan memeluk
Raga-raga mungil yang lunglai
Akan beban yang dikandungnya
Penulis: Alvian Deny Irfany
Seorang mahasiswa di Universitas Brawijaya Malang.
Semoga anak-anak Indonesia, bibit-bibit bangsa yang sedang berkembang ini dapat terus menikmati tawa dan masa kecil indahnya tanpa terbelenggu apapun. Dalam hal ini, semua bertanggungjawab dalam hal menjaga dan membentengi anak-anak dari hal-hal buruk yang mengancam mereka. Biarkan senyum dan tawa mereka terkembang lebih lama.
1 Comment