Dongeng Malam Ini, Adikku


Dongeng apalagi yang ingin kaudengarkan, adikku? Sedang kau sudah tahu Putri Kaguya telah berpulang ke bulan, dan Malin Kundang kini tak ubahnya sebongkah nisan. Kancil dan sahabat-sahabatnya telah habis diburu anak-anak lapar yang meraung di kolong jembatan, sehingga fabel yang tersisa hanyalah tikus-tikus yang bersarang di gedung dewan.

Kepergian mereka meninggalkan baris-baris kesepian pada lembaran buku dongeng yang kan kuceritakan padamu. Maka kini terpaksa kubacakan dongeng-dongeng picisan yang disutradarai oleh setan. Tapi… apakah nanti kau akan bermimpi buruk, adikku? Sebenarnya ini terlalu menyedihkan untuk diceritakan.

Kau masih beruntung dapat menikmati segelas susu coklat hangat, sedang anak-anak di pinggiran rel yang nasibnya seringkali ditabrak kereta zaman mungkin malam ini tengah lapar dan kedinginan. Dan tentang anak-anak yang bernyanyi sumbang di jalan raya itu, ketahuilah adikku, mereka masih tergagap menyanyikan lirik airmata. Gitar plastik yang mereka petik dengan jemari getir serupa belanga yang menadah dukalara.

Adikku, koran-koran turut menceritakan kesedihan teman-temanmu yang kini tengah tidur berlantai tanah dan berselimut hujan. Mungkin sesekali kau bertanya ketika membaca koran, mengapa ada teman-temanmu yang terluka dan berdarah. Mengapa mereka menangis dan merintih. Tapi aksara-aksara yang kaubaca hanya membuat senyummu mengeriput, adikku.

Ya, Angeline telah menjadi sebatang pohon kamboja yang tegak di lapangan duka. Dan Yuyun turut menjelma purnama yang merintih di malam-malam perih. Ketika angin halilintar berhembus, mereka bersama-sama meraungkan bait-bait elegi pada luka cuaca, di sebuah negeri yang krisis cinta.

Sudah pukul sepuluh, adikku. Cukuplah dongeng picisan ini kubacakan. Semoga kau dapat tidur nyenyak. Dan jika kau merasa kedinginan karena suara airmata mereka menyinggahi nina-bobomu, kuharap selimut yang dirajut dengan doa ini dapat menghangatkan gigil mimpimu…


Banjarmasin, 30 Agustus 2016


Penulis: Ahmad Fauzi

Lahir di Banjarmasin tahun 1999. Bersekolah di SMA Negeri 1 Banjarmasin. Dapat dihubungi via facebook: Ahmad Fauzy Mwam Falilv.

Doa

Semoga anak-anak Indonesia dapat melukis senyum seindah bianglala, dapat meniti jalan-jalan yang berujung pada surga. Semoga mereka dapat menulis bunga pada buku harian mereka, bukan duri. Semoga mereka dapat membuat gugusan pelita dari doa-doa yang mereka sulut dengan jari-jemari asa; pelita-pelita yang dapat menyigi gulita pada negeri yang terluka moralnya.

1 Comment

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s