I
malam meranumkan bintang;
mengutus pijar cahaya menjelma kabut —
mendekapku:
sebagai aura rindu
yang gigil
Banjarmasin, 1 Oktober 2015
II
selalu,
menunggu waktu mendermagakan tubuhmu
di perempatan ini
aku gariskan resah di atas trotoar beku
sementara portal jalan masih tertutup
dan jumper yang kini kukenakan serupa dingin malam;
malam yang menghembuskan sunyi rembulan
pada halte penantianku
Banjarmasin, Lupa – November 2015
III
sehelai karcis
melayang dalam asap knalpot
— di situ tertera airmataku yang kadaluarsa
di balik jendela bus kota
gerimis begitu tekun
menghapus jengkal dahaga
dan jejak-jejak sepatu
yang kian usang menyinggahi kenangan
dalam gps doaku
bayangmu masih teralamat
pada hamparan kabut
pada purnama kalut
di cakrawala
— ah, kan kudekap pendar sunyimu
1.000.000 km/jam bus ini melaju!
– Banjarmasin, 4 Agustus 2016
Poetry Prairie Literature Journal #5
Penulis: Ahmad Fauzi