Negaraku ini tak kan mencintaiku sebelum aku mencintainya terlebih dahulu. Sebab tanpa cintaku, juga cintamu, cinta mereka, cinta kita semua, ia tak lebih dari rimba yang menggeliat dalam sepi dan kebimbangan hingga buta bahkan brutal terhadap kehidupan bangsanya.
Lalu apa kita percaya negara ini tercipta untuk melindungi hajat hidup bangsa yang telah menyatakan merdeka? Bukankah tanpa perubahan secara sadar diri dari manusia penghuni tanah ini maka beratus-ratus tahun pun negara ini akan tetap memiliki wajah yang sama? Bukankah kita sendiri yang menahkodai kapal dari karam lautan darah manusia terjajah, hingga muncul di permukaan dan membiarkan air berangsur-angsur biru sementara kita terus melaju di antara beribu pulau meski oleng ke kanan dan ke kiri?
Selalu ada alibi untuk menyalahkan manipulasi penjajahan hingga dari tahun demi tahun kita merayakan kemerdekaan, diam-diam terkadang juga lantang kita berseru bahwa kita masih belum merdeka seakan ribuan liter darah pahlawan yang membasuh tanah ini tidaklah berharga. Kita menghitung berapa ratus tahun lagi hutang penjajahan harus dibayar agar negara ini dapat memberikan kehidupan layak hingga ke atap anak-anak pesisir Pulau Liki, Pulau Buru, Pulau Larat, Pulau Liran, Pulau Kakarutan dan seluruh pulau yang tak semua telah terlukis di peta.
Negara ini sudah merdeka, begitupun kita. Namun jangan salah, kita tak lebih membutuhkan negara ini dibanding negara ini membutuhkan kita. Tanpa cintaku pada negara ini, dengan mudahnya aku menutup mata pada kemakmuran yang timpang dan toleransi beragama semu. Tanpa cintamu pada negara ini, begitu mudahnya kau menutup mata pada anak-anak yang tumbuh tanpa pendidikan layak serta manipulasi untuk menyesatkan anak negeri. Tanpa cinta mereka pada negara ini, begitu mudahnya korupsi dijalankan bagai kutukan antar generasi. Pada akhirnya tanpa cinta kita pada negara ini maka negara ini tak kan pernah ada.
Aku percaya negara ini memang tercipta dengan mimpi jadi pelindung bangsa. Dan masing-masing dari kita pun adalah bagian dari pelindung negara. Maka jalanilah peran kita masing-masing sekecil apapun itu, dengan cinta dan arah yang benar. Jangan menebar benci dan saling menyakiti. Seperti sayap kanan dan sayap kiri burung garuda. Bersama-sama mengepak ke arah yang sama maka garuda akan terbang tinggi.
Agustus 2015
Dirgahayu Indonesiaku