Senyap Kepakku


Sepasang kaki terpincang-pincang mengejar takdir naas
Berteriak seperti kerasukan kepada waktu
yang tak sabar menunggu
Melupakan kesadaran yang terkelupas di jalan
Meluapkan murka atas air mata yang harus tumpah
ditindas kegagalan

Dua lengan mendekap luka yang semakin ngilu
Ditiupi udara bising berbisik
Dari mulut-mulut yang berkomat-kamit doa berkhianat
menjelma kecewa yang melaknat tercabik-cabiklah
benang-benang gaya yang disulam sepanjang usia

Debar jantung dari dalam rimba tak bernyali menyulut
api menghangatkan takut yang menggigil hebat
Sekujur harap telah lebam di akhir pertempuran
Sebelum pagi menyadarkan kantuk

Sepasang kaki terpincang-pincang mengejar takdir naas
agar kembali dibenahi
Di ujung dagu terbelah dua aliran sungai
yang berhulu duka dan tak bermuara
Ubun-ubunnya bergidik mencari letak api yang mati
di sanubari
Merunduk terangan pisau-pisau belati yang tajam
merobek selaput perjuangan
Pelarian ditarik semesta jauh dari buaian
Dijebak keterikatan jatuh terjerembab pada kenistaan

Ketika mata mengaburkan percaya
kepada siapa luka duka dan murka dicurahkan?
Ketika bahu-bahu runtuh menjauh
kepada apa resah dan kisah bersandar?
Ketika muka-muka menutup beranda kemana harusnya
kecamuk doa-doa yang disia-sia meminta kompensasi?
Ketika lengan-lengan kaku beringsut
kenapa begitu gesit kaki takdir menebaskan dingin
yang memporandakan tanpa hadir hangat peluk?
Ketika bibir mengecut mengerucut kapankah harusnya
kata-kata yang hilang makna diberi ampun?

Yang tersisa sebelum subuh hanyalah
Dua kaki yang tak mengenal arah
Dua sayap yang lupa mengepak
Dua bidang dada yang merahasiakan luka,
duka dan murka dalam kepak penanya
yang senyap mengais nyawa
Dua bilah bibir yang meletup-letupkan mimpi,
ambisi dan puisi dalam kepak penanya yang senyap
menumpuk makna

Ngawi, September 2015

————————————————————————
Dyah Ekawati Noor. Mengapa suka berpuisi? Karena puisi adalah pintu menuju rumah. Tempat segala rapat
didekap imaji. Jalan pulang keabadian. Kubikel-kubikel bendungan rasa di ambang maut. Dan arogansi yang sepi sehingga tak perlu mati untuk jadi diri sendiri.

Selamat pagi. ^^

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s